Rabu, 16 Januari 2013

PROFESIONALISME DAN KAPITALISME

Profesionalisme, sebuah kata yang sangat sering kita dengar, istilah yang mewakili simbol kemajuan, modernitas dan produktivitas. Sebagai seorang intelektual sekaligus profesional muslim, adalah penting untuk memaknai istilah ini dengan kacamata ideologi (Islam) yang komprehensif, agar profesionalisme yang kita lakukan tetap dalam koridor kehidupan kita sebagai seorang muslim, dan bukannya menjauhkan kita dari jalan hidup (Islam) yang sudah kita pilih dengan penuh kesadaran ini.
Tulisan ini mencoba mengurai makna profesionalisme dalam masyarakat Kapitalisme dan menilainya dari sudut pandang Ideologi Islam
PROFESIONALISME DALAM MASYARAKAT KAPITALISME
1. Makna Etimologis
Istilah profesionalisme ini sudah menjadi semacam ukuran dan tuntutan bagi semua bidang pekerjaan baik itu birokrasi pemerintahan, dunia bisnis, perusahaan, bahkan juga dunia intelektual yaitu guru dan dosen. Entah itu dalam penggunaan istilah yang mendalam atau hanya sekedar latah saja.
Berbicara tentang makna Profesionalisme mengharuskan kita untuk mengetahui terlebih dahulu pengertian profesi sebagai bentuk dasar kata profesional tersebut. Menurut Volmer dan Mills, bahwa pada dasarnya profesi adalah sebagai suatu spesialisasi dari jabatan intelektual yang diperoleh melalui studi dan training, bertujuan mensuplay keterampilan melalui pelayanan dan bimbingan pada orang lain untuk mendapatkan bayaran (fee) atau (salary) gaji.

Makna yang berkembang saat ini profesional berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok, yang disebut profesi, artinya pekerjaan tersebut bukan pengisi waktu luang atau sebagai hobi belaka. Sedangkan profesionalisme adalah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional.
2. Makna Ideologis (Kapitalisme)
Adapun kalau kita ingin memaknainya dengan lebih mendalam dan ideologis sebenarnya pemahaman profesionalisme yang berkembang saat ini tidak lepas dari pengaruh diterapkannya Kapitalisme. Kapitalisme global secara evolutif telah menggeser nilai-nilai sacral dalam ajaran agama dan tradisi, sehingga menjadi instrumen bagi pembentukan gaya hidup  yang berorientasi pada kesenangan (leisure) dan kepuasan (gratification) (Featherstone, 1988 : 63). Berbagai bidang kehidupan telah disatukan dalam sebuah sistem kerja dan pola ketergantungan yang dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi. Konsep-konsep kehidupan yang telah mapan dikaji ulang dan disesuaikan dengan standar nilai yang diciptakan oleh kapitalisme.  Dalam Kapitalisme, nilai-nilai ekonomi sangat mempengaruhi sistem norma dan hubungan-hubungan sosial, sehingga kehidupan secara perlahan berubah menjadi suatu proses  transaksi. Di dalam proses transaksi tersebut, setiap orang menghitung ‘harga’ (cost) dan ‘kegunaan’ (benefit) dari setiap hubungan sosial dan praktek-praktek kehidupan yang dijalani setiap hari.
Dalam tatanan masyarakat modern ala Kapitalisme, masyarakat  telah terindividualisasikan secara khas berdasarkan profesinya dan individu masyarakat itu dipandang sebagai unit profesional (Beyer, 1991: 378). Individu modern tersusun sebagai jaringan spesialisasi peranan yang diberikan secara birokratis pada tingkat yang sangat abstrak (Berger  dkk, 1992 : 58). Pengacara, dokter, bankir, karyawan pada pabrik mobil, atau pedagang adalah beberapa bentuk spesialisasi individu sesuai dengan peran fungsionalnya. Pemisahan peranan sosial tersebut mengakibatkan keretakan tata makna religius.
Oleh karena itu, masyarakat modern ala Kapitalisme adalah masyarakat yang terspesialisasi dalam berbagai bidang kehidupan. Individu terbentuk sebagai unit profesional dan meyakini sistem nilai yang sesuai dengan bidangnya. Agama atau tradisi yang sebelumnya telah memiliki sistem nilai yang mapan ditinjau kembali dan dikontekstualisasikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing penganutnya. Agama tidak lagi identik dengan keselamatan akherat, tetapi lebih menguat dalam kehidupan riel yang terpilah-pilah sebagai wilayah ekonomi, politik dan sosial  budaya. Keadaan agama yang telah terreduksi ke dalam wilayah-wilayah kehidupan praktis tersebut dikenal sebagai ‘sekularisasi’ (Pardoyo, 1993 : 19).
Dari paparan di atas sangat jelas bahwa masyarakat Kapitalis secara khas mempraktekkan profesionalisme sebagai capaian puncak individu-individunya yang memeluk Aqidah Sekulerisme, dimana pemikiran-pemikiran mereka terpancar dari Aqidah tersebut, perasaan – perasaan mereka dan perbuatan mereka menyatu dan memancar dari pemikirannya tersebut. Serta sistem yang mereka terapkan untuk memecahkan problematika mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar