Kamis, 01 Desember 2011

Amtsal Al-Qur'an


A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah kitab suci yang sempurna yang mengandung semua hal dalam kehidupan manusia, baik kehidupan dunia yang berupa tuntunan ibadah, pergaulan dalam keluarga dan masyarakat, cerita-cerita umat terdahulu, maupun kehidupah akhirat berupa hari kiamat, surga, neraka dan lainnya. Dalam al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang menceritakan hal-hal yang samar dan abstrak. Manusia tidak mampu mencernanya jika hanya mengandalkan akalnya saja. Sehingga sering kali ayat-ayat tersebut diperumpamakan dengan hal-hal yang konkret agar manusia mampu memahaminya. faktor yang tidak dapat ditinggalkan yaitu pemberian peringatan berupa permisalan supaya akal pikiran manusia dapat mengkiaskanya dengan segala sesuatu yang paling dekat dengan kehidupan, agar kandungan-kandungan isi al-Qur’an, selalu melekat dalam ingatan.
Ketika dalam pengkiasan/permisalan surga atau neraka dalam hal ini ditekanakan surga adalah suatu tempat
yang indah, dan akan di masukkan didalamnya orang-orang yang bertakwa., sebaliknya, dalam penggambaran neraka, diumpamakan sebagai tempat yang mengerikan dan akan dimasukkan lah orang-orang yang yang menentang perintah Allah.
Untuk memahami itu semua maka ulama’ tafsir menganggap perlu adanya ilmu yang menjelaskan tentang perumpamaan dalam al-Qur’an agar manusia mampu mengartikan, mengambil pelajaran, dengan perumpamaan-perumpamaan tersebut, paling tidak sebagai pengantar untuk mempelajari dari sekian banyak ilmu yang ada dalam al-Qur’an. Karena itulah penulis mencoba menjelaskan tentang ilmu tersebut, yaitu Ilmu Amtsal al-Qur’an.

C. PEMBAHASAN
A. Pengertian Amtsal Al-Qur’an
Menurut bahasa (etimologi) kata amtsal berupa bentk dari jama’ lafal matsal, mitsil, dan matsil adalah sama dengan kata sabah, syibih, dan syabih, baik dala lafal maupun maknanya[1].
a). bisa diartikan perumpamaan, gambaran, atau peserupaan yang dalam bahasa arabnya[2]:
بِمَعن الْمَشَلِ والشٌَبْهِ والنَُضِىْرِ
B). Ada juga sebagian ulama’ yang mengatakan bahwa mitslu adalah:
وَقَدْ أ اسْتُعِيْرَ الْمِثْلُ لِلْحَالِ أَوْ الْصِّفَةِ أَوْ الْقِصَّةِ إِذَا كَانَ لَهَا شَأْنٌ وَفِيْهَا غَرَابَةٌ
Yaitu keadaan, sifat atau cerita yang asing dan aneh.
Sedangkan pengertian amtsal secara terminologi ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ulama’,
yaitu:
Pengertian mitslu menurut ulama’ ahli ilmu adab adalah[3]:
وَالْمِثْلُ فِي الْأَدَبِ قَوْلٌ مُحْكِيٌّ سَائِرٌ يُقْصَدُ بِهِ تَشْبِيْهُ حَالِ الَّذِي حُكِىَ فِيْهِ بِحَالِ الَّذِي قِيْلَ لِأَجْلِهِ
Artinya: “Mitslu dalam ilmu adab adalah ucapan yang disebutkan untuk menggambarkan ungkapan lain yang dimaksudkan untuk menyamakan atau menyerupakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan keadaan sesuatu yang dituju.”
.     Pengertian mitslu menurut ulama’ ahli ilmu bayan adalah[4]:
الْمَجَازُ الْمُرَكَّبُ الَّذِي تَكُوْنُ عَلَاقَتُهُ الْمُشَابِهَةُ مَتَى فَشَا إِسْتِعْمَالُهُ
Yaitu majas/kiasan yang majemuk yang mana keterkaitan antara yang disamakan dengan asalnya adalah penyerupaan. Maka bentuk amtsal menurut definisi ini adalah bentuk isti’aarah tamtsiiliyyah, yakni kiasan yang menyerupakan. Seperti:[5]
وَمَا الْمَالُ وَالْأَهْلُوْنَ إِلاَ وَدَائِعُ وَلاَ بُدَّ يَوْمًا أَنْ تُرَدَّ الْوَدَائِعُ
 “Tiadalah harta dan keluarga melainkan bagaikan titipan; pada suatu hari titipan itu pasti akan dikembalikan”.
Dalam syair di atas, tampak jelas penyair menyerupakan harta dan keluarga dengan benda titipan yang dititipkan oleh seseorang kepada kita, yang sama-sama bisa diambil sewaktu-waktu oleh orang yang menitipkannya.
Jadi dari sekian banyak pengertian yang telah ada diatas amtsalili qur’an aecara bahasa adalah, cabang ulumul qur’an yang mempelajari tentang, kiasan, perumpamaan, majaz, yang terdapat dalam al qur’an.
1. Rukun-Rukun amtsalil qur’an dan sejarahnya
a. Rukun Dan Syarat Matsal
1. harus ada ang diserupakan (al-musyabah), yaitusesuatu yang akan diceitakan.
2. harus ada asal cerita (al- musyabah bih), yaitu ssesuatu yang dijadiakn tempat menyamakan.
3. harus ada segi persamaanya (wajhul musyabah), yaitu arah persamaan antara yang disamakan.
b. Syarat sahnya amtsal quran:
1. bentuk kalimatnya harus dirigkas
2. isi maknanya haru mengena dengan tepat.
3. perumpamaanya harus baik.
3. kinayahnya harus indah.[6]
B. Macam-macam Amtsal Al-Qur’an
Amtsalil qur’an terbagi menjadi 3 macam yaitu:
1.     Al-amtsal al-musharrahah, yaitu perumpamaan yang jelas yang di dalamnya terdapat lafazh matsal atau lafazh lain yang menunjukkan arti persamaan atau perumpamaan. Amtsal jenis ini banyak terdapat dalam al-Qur’an.  Seperti yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 261:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Dalam ayat ini dijelaskan keuntungan besar bagi orang-orang yang mau berinfak dengan menyamakannya terhadap orang yang menanam 1 butir biji yang kelak menghasilkan 700 butir biji. Penyamaan pahala orang yang infak dengan hasil tanaman pada ayat ini jelas menggunakan lafazh matsal (مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ أَمْوَالَهُمْ …) Dalam ayat ini yang disamakan adalah keuntungan.
2 Al-amtsal al-kaaminah, yaitu perumpamaan yang tidak jelas dengan tanpa menggunakan lafazh matsal atau sejenisnya, akan tetapi artinya menunjukkan arti perumpamaan yang indah dan singkat. Makna amtsal seperti ini akan mengena jika lafazh tersebut dinukilkan kepada hal yang menyerupainya.
Jadi, sebenarnya dalam al-amtsal al-kaaminah al-Qur’an itu sendiri tidak menjelaskan bentuk perumpamaan terhadap suatu makna tertentu. Hanya saja maknanya menunjukkan pada makna suatu perumpamaan[7].
Tegasnya amtsal jenis ini merupakan perumpamaan maknawi yang tersembunyi, bukan perumpamaan lafzhi yang jelas.
Salah satu contoh al-amtsal al-kaaminah adalah sebagaimana ungkapan yang disebutkan orang Arab yang berupa خَيْرُ الْأُمُوْرِ أَوْسَطُهَا (sebaik-baiknya perkara adalah tengah-tengah). Ungkapan ini merupakan hasil perumpamaan dari beberapa ayat al-Qur’an, di antaranya:
Surat al-Baqarah ayat 68:
إِنَّهَا بَقَرَةٌ لآ فَارِضٌ وَلآ بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ
Artinya: “…bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu…”
Surat al-Furqan ayat 67:
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”
Surat al-Israa’ ayat 29:
وَلاَ تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا
Artinya: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.”
Surat al-Israa’ ayat 110:
وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا........
Artinya: “…Katakanlah: “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.”
Begitu juga masih banyak ungkapan orang-orang arab yang merupakan hasil perumpamaan al-Qur’an.
3.     Al-amtsal al-mursalah, yaitu beberapa jumlah kalimat yang bebas yang tidak jelas tanpa menggunakan lafazh tasybih. Al-amtsal al-mursalah ini adalah beberapa ayat al-Qur’an yang berlaku sebagai perumpamaan. Contohnya seperti dalam surat Yusuf ayat 51:
.....قَالَتِ امْرَأَةُ الْعَزِيزِ الآَنَ حَصْحَصَ الْحَقّ......ُ
Artinya: “…Berkata isteri Al-Aziz: “Sekarang jelaslah kebenaran itu…”
Begitu juga pada surat al-Baqarah ayat 216:
.......وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ.......
Artinya: “…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu…”
C. Bentuk Amtsal Qur’an dibagi menjadi lima bentuk yaitu[8],:
1. Sighat yang jelas (tashbih ash-sharih) yait sighat (bentuk) perumpamaan yang jelas dan didalamnya terungkap kata-kata matsal (perumpamaan)
Contonya terdapat dalm surat al yunus ayat 24 :
اِنَمَ مَثَلُ اَنْحَيَوة الدُنْيَا كَمَاءٍ اَنْزَلْنَهً مِن اَلْمَمَاءِ

Artinya:”sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit .”
Dalam ayat terseut terdapat kata amtsal yang sangat jelas, yang memiliki arit perumpamaan.
2. sighat tasbih yang terselubung (tashbih adh-dhimni) yaitu bentuk sighat yang terselubung/tersembunyi:
وَ لاَيَغْتَََََبْ بَعضُكًم بَعضًا ايُحِبُ احَدُكُم اَنْ يَا كُلَ لَحمَ احِيْهِ مَيتًا فَكَرِهتُمُو ه

Artinya:” dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sudahkah salah serorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalia merasa jijik kepadanya.”
Dalam ayat tersebut tidak terdapat adanya kata amtsal tapi memiliki arti perumpamaan.
3. sighat majaz mursal, yaitu sighat dengan dengan bentuk permpamaan yang bebas, tidak terikat dengan asal ceritanya.
4. sighat majaz murakab, yaitu sighat perumpamaan ganda yang segi persamaanya diambil dari dua hal tang berkaitan, dimana kaiotanya adalah perserupaan yang telah biasa digunakan dalam ucapan sehari-hari.
5. sighat isti’arah tamsiliyah, yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan samoiran/ lirik (perumpamaan pinjaman).
D. Faedah-faedah Amtsal Al-Qur’an
Apabila diamati berbagai macam dan contoh amtsal dalam al-Qur’an, maka ditemukan bahwa pengungkapan amtsal dalam al-Qur’an mempunyai banyak faedah. Di antara faedah-faedah tersebut adalah:[9]
1. Menampilkan sesuatu yang abstrak (yang hanya bisa digambarkan dalam pikiran) ke dalam bentuk sesuatu yang konkret (material) yang dapat ditangkap indera agar akal dapat menerima pesan yang disampaikan oleh perumpamaan itu. Karena makna yang abstrak bisa jadi membuat hati masih ragu maka perlu adanya penggambaran dalam bentuk konkret agar mudah dicerna.
2. Menyingkap makna yang sebenarnya dan menampilkan hal yang gaib dalam sesuatu yang tampak. Seperti dalam surat al-Baqarah ayat 275:
......الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرٍٍٍِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ........
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila…”
Ayat di atas adalah menceritakan keadaan pemakan riba ketika bangkit dari kubur kelak pada hari kiamat. Keadaan mereka pada saat itu yang masih gaib diserupakan dengan keadaan orang gila yang kemasukan setan[10].
3. Menghimpun arti-arti yang indah dalam ungkapan yang singkat, sebagaimana yang terdapat dalam amtsal kaaminah dan amtsal mursalah.
4. Mendorong orang untuk beramal dan menimbulkan minat dalam ibadah dengan melaksanakan hal-hal yang dijadikan perumpamaan yang menarik dalam al-Qur’an
5. Dapat menjauhkan seseorang dari sesuatu yang tidak disenangi jiwa. Seperti dalam surat al-Hujurat ayat 12:
وَلاَ يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ
Artinya: “…Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya….”
Manusia pasti akan merasa jijik dan tidak suka memakan daging orang lain yang telah meninggal. Karena itulan Allah SWT menyamakan perbuatan menggunjing orang lain dengan hal tersebut agar manusia menjauhi perbuatan tercela itu.
6.Untuk memuji sesuatu yang dicontohkan, seperti pujian Allah kepada para sahabat Rasulullah dalam surat al-Fath ayat 29:
ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ
Artinya: “…Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min)…”
Dalam ayat ini Allah para sahabat Rasul. Pada permulaan Islam, kaum yang mau beriman hanyalah sedikit, tidak lebih dari 10. Namun dalam waktu yang terbilang singkat, yaitu 23 tahun, para sahabat jumlahnya menjadi sangat banyak dan mampu menaklukkan kaum musyrikin dalam peristiwa fathu Makkah.
7. Digunakan untuk mencela. Ini terjadi apabila sesuatu yang menjadi perumpamaan adalah hal yang dianggap buruk oleh manusia.
     8. Pesan yang disampaikan melalui amtsal lebih mengena di hati, lebih mantap dalam menyampaikan nasihat atau larangan serta lebih kuat pengaruhnya. Dalam kaitan ini Allah berfirman dalam surat az-Zumar ayat 27:
وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْءَانِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
Artinya: “Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur’an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.”

Daftar pustaka
Anwar Rosihon. Samudera al-Qur’an Bandung: Pustaka Setia, 2001
Baidan, Nashruddin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005
Djalal, Abdul. Ulumul Qur’an Surabaya: dunia ilmu 1998
Al-Mahalli & as-Suyuthi, Tafsir al-Jalalain Surabaya: Dar al-‘Abidiin, t.t.
Qaththan, Manna’. Pembahasan Ilmu Alqur’an. Jakarta, Rineka Cipta, 1995.


[1] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: dunia ilmu 1998). 308
[2]  Ibid.,  308.
[3]  Manna’ al-Qaththan, Pembahasan Ilmu Alqur’an (Jakarta, Rineka Cipta, 1995.). 282.
[4] Ibid., 283
[5] Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005). 249.

[6] Abdul, ulumul. 314
[7] ibid, 316.


[8] Ibid., 320
[9] Rosihon Anwar, Samudera al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 109.

[10] Al-Mahalli & as-Suyuthi, Tafsir al-Jalalain (Surabaya: Dar al-‘Abidiin, t.t.). 43.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar