Kamis, 28 April 2011

BERAWAL DARI BUNGKUSAN KECIL

mataku kembali berkunang-kunang mereka-reka masa lalu yg kelam.
dengan perasaan serba salah dia memulai perckapan itu bagai cowboy yg mengacungkan senapan dan siap untuk menarik pemicunya.
more>>>>>>>>
angin kering membawa debu-debu tak berslah, terhirup hingga pangkal hidung,
terasa kering pengap dan bosan suasana sore itu, ditengah percakapn yg begitu kaku tiba-datang soerang pria yg mungkin memang dinanti-natikan wanita itu, dengan senyum tipis yg janggal dia berkata "saya pergi duluan mas", tak sempat aku lihat matanya yg indah tuk terakhir kalinya, mata indah? sempat-sempatnya ku berkata demikian, di ujung petaka yg hendak aku terima sore ini, terlintas lagi ucapan orang gendut jelek dengan hidungnya sebesar terung hibrida, "aku tunggu barangnya sore ini, awas kalau sampai terlambat".
sumpah serapahku mulai memncak ketika ingat si hidung terong itu.."anjing tua" gumamku.

matahari seakan tak menyerah meski tinggal bbrapa jam lagi tenggelam, tetap saja memanasi ubun-ubun ku hingga mendidih. sempat kulihat nenek tua di ujung jalan berjalan sempoyongan menggendong karung lusuh, entah apa isinya tapi aku menbak-nebak barang bekas isinya setelah kulihat dia mengorek-ngorek tepat sampah di ujung jalan.

dengan perasaan galau kini aku mulai resah lagi memikirkan imam yang tak terlihat pula ujung hidungnya. sejam lebih aku menantinya katanya disuruh menunggu dekat perempatan jalan dekat kali. bau itu terus saja menusuk hidungku tentu berasal dari kali dekat aku duduk, kali, ah bukan lebih tepatnya got tempat penduduk buang sampah tiap hari, ku amati semuanya dalam mulut panjang itu, bekas bungkus makanan. botol air mineral sampai bekas pembalut yg terapung-apung menanti nasib.

dari kejauhan terdengar suara motor menderu, nampak seperti suara para pekerja paksa yang di cambuki kompeni. harap cemas aku terus memandangi lelaki kurus yg mengendarai motor itu, sedikit senyum mengembang di bibirku. Orang yg kunantikan sejak sejam yang lalu tiba juga.

Suara rem mendecit tepat di depan duduk, “sudah lama ya nunggunya?”
“gundulmu, aku kekeringan disini” sahutku
“maaf tadi ada sedikit halangan, ibuku kerumah sakit lagi”
“bukanya baru kemarin dia keluar dari rumah sakit?”
“memang tapi sepertinya, ginjalnya sudah hancur”
“tsudah lama diapakai mungkin,” senyum tipis ku menyeringai, “mana barang yang kau janjikan kemarin”
“ini” sambil menyerahkan tas kecil yang tak begitu berat kepadaku.
“total berapa”
“10 paket “sahutnya

Merasa cukup dia pergi begitu saja stelah mensstarter motornya, “ahhh” gumamku, “jahanam, kau telah membawaku masuk lubang hitam kesengsaraan’ umpatku dalam hati sambil berjalan pulang dengan langkah yg tak pasti.

Matahari sudah memerah, gelap mulai menyelimuti jalanku menuju pulang, masih tetap sama seperti biasanya, kendaraan lalu-lalang mengantar sang pemilik pulang kerja pulang sekolah, berangkat berdagang, ke pasar malem yg sejak kemarin dibuka.

Guk..guk..guk..”anjing” teriakku kaget ketika tak kusadari telah melewati depan rumah si kaya yang memelihara anjing herder, dilehernya dikalungi rantai sebesar ibu jari kaki, giginya menyeringan bak bamboo runcing, siap menusuk orang tak diundang yg masuk ke halamna si kaya. “enak banget hidup ni orang” gumamku sendirian. mobil mewah, rumah besar, istri cantik. Kurang apalagi coba?

Kontrakan masih sepi dan gelap tidak ada tanda-tanda si joko pulang. Bangku usang itu kembali ku duduki berderit ketika pantat menindihnya, tapi lumayan daripada tidak ada sama sekali tempat untuk sejenak menikmati sore sambil menatap jalan, melihat cewek-cewek bahenaol baru mandi jalan-jalan sore, sering terlalu lama ku habiskan waktuku percuma entah apa yang menarik dari bangku tua usang ini.

Paket aman setelah ku masukkan ke dalam lemari. Sebaiknya aku mandi, sejak kemarin air ngak nyala. Tubuh kecut rambut seperti gundukan keset kumal bau tak terawat.

Tba tiba terdengar suara lagu berbunyi dari handphone. Kuraih handuk dengan segera meski masih belepotan sabun sana sini, dugaanku benar si tua keparat itu menelponku, “giamana paketnya?”
“aman bos “ jawabku.
“antar malam ini saja”, aku terdiam mendengar instruksi itu, teringat janjiku dengan rani malam ini pergi ke pasar malem,
“gimana?” suaranya di tinggikan seolaha aku tak medengar apa yang ia katakana,
“iiiiya bos sesegera mungkin”, “jam berapa bos?”
“setengah tujuh sudah nyampek”
“ookke bos” sahutku lantas mematikan telepon, segera ku selesaikan mandi.

Adzan sudah terdebgar bersaut-saut. Tanda memulai bersembahyang. Tapi entah sudah berapa lama aku tak melaksanakanya. Menyesal jika ingat ibu yg tiada capeknya menggingatkanku untuk tak meninggalkan sembahyang
“sanggune wong neng akhirat le”
selalu ku ingat sebenarnya kata- kata itu mungkin hati ini sudah membatu dan memang berusaha acuh tak acuh dengan yg menciptakan hidup. Pikirku sholat ga sholat sama saja toh rajin sholat tetangga sebelah juga tetap miskin. Sering aku amati tetangga sebelah tiap magrib selalu sekeluarga pergi ke musholla barat rumah.

“sudah jam enam “ gumamku, segera aku berpakaian, tak lupa ku sms rani “nnti mlm jadi ran, tp mkin agak terlambat” bunyi smsku. Dengan harapan besar dapat upah yg agak pantas dati bungkusan barang haram ini nanti malam bisa buat traktir rani makan pangsit.

Akhirnya sampai juga didepan rumah si hidung terong. Segera kutemui dia kuserahkan apa yang memang sudah 2 hari lalu dia inginkan,” ini bos” sambil kusarahkan tas kecil itu.
“sudah semuanya?”
“sudah bos, kemarin yg tertunda juga dijadikan satu dengan hari ini,”jawabku.
“bagus” jawabnya puas kali ini sambil membongkar dan memeriksa isi tas.
Tiba- tiba hp ku berbunya nada sms. Aku rogoh dari saku celana si rani sms, sudah di pasar malem rupanya dia,

Di berikannya 2lembar seratus ribuan kepadaku, “wah terimakasih bos” sahutku “itu kan memang sudah hak kamu”

Dengan segera aku tinggalkan rumah Bandar serakah itu. Langsung ku tunggangi motor yg tadi aku bawa, berharap segera ketemu rani, di jalan masih agak lenggang orang belum pulang dari masjid. Kulihat jam sudah jam tujuh, langsung aku geber motor secepat mungkin berharap cepat sampai di pasar malem.

Sejak tadi hp bunyi terus miscol mungkin rani dah mulai bosan menungguku. Tak kupedulikan apapun saat ini selain cepat ketemu rani. Sesampai di perempatan lampu merah lampu menyala merah . tak aku pedulikan……teeeootttt suara klakson truck tronton dating dari samping ku. Dengan kecepatan tinggi.. tepat menubruk kaki kanan ku yang sempat aku rasakan setelah itu aku tak tau apa yang terjadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar